Isu kudeta yang tengah melanda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) semakin panas setelah Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid melalui juru bicaranya, Imron Rosyadi Hamid, menyebut ada sesuatu tak sehat dalam proses demokrasi di internal partai yang dipimpin Cak Imin. Kader-kader partai di daerah pun mengamini hal tersebut. DPC PKB Karawang, Jawa Barat, Ahmad Zamakhsari, mengakui adanya gerakan untuk mengadakan Muktamar Luar Biasa (MLB), atau kongres luar biasa versi PKB. Pria yang akrab disapa Kang Jimmy itu mengeklaim sudah ada komunikasi dengan petinggi DPP PKB terkait MLB.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam, menyebut dinamika konflik internal di PKB perlu diantisipasi sebab, PKB mempunyai tradisi konflik berkepanjangan yang tidak mudah diredam. Umam mencatat PKB memiliki sejarah konflik internal yang cukup panjang. Terlebih, Cak Imin pernah berseteru dengan ayah Yenny Wahid sekaligus pendiri PKB, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada tahun 2008 yang pada saat itu, Cak Imin dianggap “mengkudeta” Gus Dur.

“Bahkan, faksionalisme internal PKB pernah menjebak PKB dalam degradasi elektabilitas yang cukup fatal. Benih-benih fragmentasi politik internal PKB sudah terjadi sejak Pemilu 1999 dan turunnya Gus Dur dari posisi Presiden RI ke-4,” kata Umam kepada wartawan, Senin (19/4/2021).

Meski demikian, Umam menilai kepemimpinan Cak Imin cukup berhasil dalam mengkonsolidasikan kekuatan internal PKB sehingga dapat bangkit kembali pada Pemilu 2014. Dia mengungkit keberhasilan PKB mendapatkan lebih dari 50 kursi DPR.

“Kemampuan konsolidasi paling optimal PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin terjadi di Pemilu 2019 lalu, di mana masuknya nama Ma’ruf Amin dalam bursa cawapres mendampingi incumbent Presiden Jokowi, berpengaruh signifikan dalam mengkonsolidasikan sel-sel politik Nahdliyin, utamanya PKB,” ujar Umam.

“Meskipun perolehan suaranya di atas NasDem, tapi karena suara PKB selalu terkonsentrasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, akhirnya konversi kursinya berada di bawah NasDem (59), selisih satu kursi dengan PKB (58),” imbuhnya.

“Kemampuan konsolidasi paling optimal PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin terjadi di Pemilu 2019 lalu, di mana masuknya nama Ma’ruf Amin dalam bursa cawapres mendampingi incumbent Presiden Jokowi, berpengaruh signifikan dalam mengkonsolidasikan sel-sel politik Nahdliyin, utamanya PKB,” ujar Umam.

“Meskipun perolehan suaranya di atas NasDem, tapi karena suara PKB selalu terkonsentrasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, akhirnya konversi kursinya berada di bawah NasDem (59), selisih satu kursi dengan PKB (58),” imbuhnya.

Meski demikian, doktor politik lulusan University of Queensland, Australia, itu menilai PKB tetap perlu menyiapkan antisipasi. Dia menyebut konflik PKB kerap susah diredam.

Umam menyebut konsolidasi kekuatan kontra Cak Imin kemungkinan dikonsolidasikan elemen-elemen internal yang selama ini terbuang dari lingkaran elite PKB. Sejumlah nama mantan sekjen yang terpental, katanya, berpotensi menjadi penopangnya.

“Namun sebagai simbol perlawanan utamanya, sepertinya nama Mbak Yenny akan dipersiapkan untuk mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan mereka yang kecewa. Sebagai trah keluarga Ciganjur, sel-sel politik Mbak Yenny sudah mulai menggugat legitimasi politik Cak Imin dengan mengingatkan bagaimana sikap masa lalunya terhadap Gus Dur,” sebut Umam.

Original article:
https://news.detik.com/berita/d-5537886/cak-imin-dinilai-terlalu-tangguh-untuk-dikudeta

https://www.republika.co.id/berita/qrp28o484/pakar-paramadina-analisis-konflik-cak-imin-vs-yenny-wahid

https://www.goriau.com/berita/baca/yenny-wahid-disinyalir-dijadikan-konsolidator-dongkel-kepemimpinan-cak-imin-di-pkb.html

https://www.rmolbanten.com/read/2021/04/18/22793/Ada-Sejarah-Konflik-Berkepanjangan,-PKB-Harus-Waspadai-Pendongkelan-Cak-Imin-

 

[JDP]